MAKALAH
PENDIDIKAN ISLAM DI MASA KHULAFAUR
RASYIDIN
Disusun
Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Pada Mata Kuliyah : SPI
Di
semester : IID MPI
Dosen Pengampu :
AHMAD ABDUL MUNIF,
M.Pd.I
Disusun
Oleh Kelompok :
1.
Amirul
Mukminin
2.
Ainur
Syamsi
PRODI S-1 MENEJEMEN PENDIDIKAN
ISLAM
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH
AL URWATUL WUSTQO – JOMBANG
TAHUN AKADEMIK 2016-2017
KATA PENGANTAR
Puji beserta syukur penulis ucapkan
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan rahmatNya kepada
penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.
Shalawat beriringan salam penulis do’akan kepada Allah SWT agar senantiasa tercurahkan
buat tambatan hati pautan cinta kasih yakninya Nabi Muhammad SAW.
Ucapan terima kasih penulis
sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan makalah ini secara
umumnya dan kepada Dosen Pembimbing SPI secara khususnya.
Penulis menyadari dalam penulisan
makalah ini banyak terdapat kekurangan karena penulis masih dalam tahap
pembelajaran. Namun, penulis tetap berharap agar makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca.
Kritik dan saran dari penulisan makalah
ini sangat penulis harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan pada makalah
penulis berikutnya. Untuk itu penulis ucapkan terima kasih.
Jombang 18-Februari-2017
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................1
A.
Latar Belakang........................................................................................................................1
B.
Rumusa Masalah.....................................................................................................................1
C.
Tujuan Masalah. ....................................................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN...................................................................................................................2
A.
Pola Pendidikan Islam Pada
Masa Khulafaur Rasyidin.........................................................2
B. Pusat – Pusat Pendidikan Pada Masa
Khulafaur Rasyidin.....................................................8
BAB III
PENUTUP.........................................................................................................................9
A.
Kesimpulan...........................................................................................................................9
B.
Saran.....................................................................................................................................9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan
Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadist untuk membentuk
manusia yang seutuhnya, yakni manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Allah
SWT, dan untuk memelihara nilai-nilai kehidupan sesama manusia agar dapat
menjalankan pendidikan dapat menjalankan seluruh kehidupannya, sebagaimana yang
telah ditentukan Allah dan Rosulnya demi kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat.
Pada
masa Nabi, pendidikan Islam berpusat di Madinah, setelah Rosulullah wafat
kekuasaan pemerintahan Islam di pegang oleh Khulafaurrosyidin. Wilayah Islam
telah meluas diluar jazirah Arab para kholifah ini memusatkan perhatiannya pada
pendidikan keagamaan syiar agama dan kokohnya pendidikan.
Adapun
pola pendidikan yang diterapkan pada masa Khulafaurrosyidin akan dibahas secara
mendalam dalam bab-bab selanjutnya
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pola pendidikan
Islam pada masa Khulafaur Rasyidin?
2. Dimana pusat-pusat pendidikan
pada masa Khulafaur Rasyidin?
C. Tujuan Masalah
1. Dapat mengetahui pola
pendidikan Islam pada masa Khulafaur Rasyidin.
2. Dapat mengetahui dimana
pusat-pusat pendidikan pada masa Khulafaur Rasyidin.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pola Pendidikan Islam Pada Masa Khulafaur
Rasyidin
1. Pola pendidikan Islam pada
masa Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq (632-634)
Setelah Nabi wafat, sebagai
pemimpin umat Islam adalah Abu Bakar as-Shiddiq sebagai khalifah. Masa awal
kekhalifahan Abu Bakar diguncang pemberontakan oleh orang-orang murtad,
orang-orang yang mengaku sebagai nabi, dan orang-orang yang enggan membayar
zakat. Berdasarkan hal ini Abu Bakar memusatkan perhatiannya untuk memperangi
para pemberontak yang dapat mengacaukan keamanan dan mempengaruhi orang islam
yang masih lemah imannya untuk menyimpang dari ajaran Islam.
Dengan demikian, dikirimlah
pasukan untuk memberontak di Yamamah. Dalam penumpasan ini banyak umat islam
yang gugur, yang terdiri dari sahabat dekat Rosulullah dan para khafid Al-Qur’an. Sehingga mengurangi
jumlah sahabat khafidz yang hafal al-qur’an, oleh karena itu, Umar
menyarankan kepada khalifah Abu bakar untuk mengumpulkan ayat-ayat al-qur’an. Kemudian untuk
merealisasikan saran tersebut diutuslah Zaid bin stabit untuk mengumpulkan
semua tulisan Al-Qur’an. Pola pendidikan pada masa
Abu Bakar masih seperti pada Nabi, baik dari segi materi maupun lembaga
pendidikannya.
Dari segi materi pendidikan
islam terdiri dari pendidikan tauhid atau keimanan, akhlak, ibadah, kesehatan.
Pendidikan keimanan yaitu,
menanamkan bahwa satu-satunya yang wajib disembah adalah Allah SWT.
Pendidikan akhlak, contoh :
adab masuk rumah orang, sopan santun bertetangga, bergaul dalam masyarakat.
Pendidikan ibadah seperti pelaksanaan sholat, puasa dan haji.
Kesehatan tentang kebersihan,
gerak-gerik dalam sholat merupakan didikan untuk memperkuat jasmani dan rohani.
lembaga untuk belajar membaca
menulis ini disebut dengan kuttab. Kuttab merupakan lembaga pendidikan yang
dibentuk setelah masjid, dan pusat pembelajaran pada masa ini adalah di
Madinah, sedangkan yang bertindak sebagai tenaga pendidik adalah sahabat rosul
yang terdekat, lembaga pendidikan Islam adalah masjid, masjid dijadikan sebagai
benteng pertahanan rohani, tempat pertemuan dan lembaga pendidikan Islam,
sebagai sholat berjamaah, membaca Al-Qur’an, dan lain sebagainya.
2. Pola pendidikan Islam pada
masa Khalifah Umar Ibnu Khattab (634-644 M)
Sesaat sebelu Abu Bakar
mennggal, beliau menunjuk Umar sebagai penggantinya setelah dimusyawarahkan
dengan para sahabat lainnya.Pada masa Khalifah Umar bin Khattab,kondisi
politikdalam keadaan stabil, usaha perluasan wilayah Islam memperoleh hasil
yang gemilang. Wilayah Islam pada masa Khalifah Umar meliputi Semenanjung Arabia,
palestina, Syiria, Irak,Persia, dan Mesir.
Dengan meluasnya wilayah
Islam mengakibatkan meluasnya pula kehidupan dalam segala bidang. Untuk
memenuhi kebutuhan ini diperlukan manusia yang memiliki kererampilan dan
keahlian, sehingga dalam hal ini diperlukan pendidikan.
Pada masa Khalifah Umar bin
Khattab, sahabat – sahabat yang sangat
berpengaruh tidak boleh keluar daerah kecuali atas izindari khalifah dan dalam
kurun waktu yang terbatas. Jadi, kalau ada diantara umat Islam yang ingin
belajar hadis harus pergi ke madinah, ini berarti bahwa penyebarab ilmu dan
pengetahuan para sahabat dan tempat pendidfikan adalah terpusat di Madinah.
Dengan meluasnya Islam sampai
ke jazirah Arab, tampaknya khalifah memikirkan pendidikan Islam di daerah – daerah yang baru di
taklukkan. Untuk itu, Umar bin Khattab memerintahkan para panglima perangnya,
apabila mereka berhasil menguasai satu kota, hendaknya mereka mendirikan masjid
sebagai tempat ibadah dan pendidikan.
Berkaitan dengan masalah
pendidikan ini,khalifah Umar bin Khattab merupakan seorang pendidik melakukan
pernyuluhan pendidikan dikota Madinah, beliau juga menerapkan pendidikan di
masji- masjid dan pasar – pasar, serta mengangkat dan
menunjuk guru –guru untuk tiap – tiap daerahyang ditaklukkan
itu, mereka bertugas mengajarkan isin Al-Qur’an dan ajaran Islam lainnya
seperti Fikih, kepada penduduk yang baru masuk Islam.
Diantara sahabat – sahabat yang ditunjuk oleh
Umar bin Khattab ke daerah adalah Abdurahman bin Ma’qaal dan Imran bin Hshim.
Kedua orang ini ditempatkan di Basyrah. Abdurrahman bin Ghanam dikirim ke
Syiria dan Hasan bin Abi Jabalah dikirim ke Mesir. Adapun metode yang mereka
pakai adalah guru duduk dihalaman masjid sedangkan murid melingkarinya.
Jadi dalam masa Khalifah Umar
bin Khattabyang menjadi pendidik adalah Umar dan para sahabat – sahabat besar yang lebih
dekat kepada Rasulullah dan memiliki pengaruh yang besar, sedangkan pusat
pendidikannya selain di Madinah juga di Mesir, Syiria dan Basyrah.
Dengan meluasnya kekuasaan
Islam, mendorong kegiatan pendidikan Islam bertambah besar, karena mereka yang
baru masuk Islam ingin menimba ilmu keagamaan dari sahabat- sahabat yang
menerima langsung dari Nabi. Pada masa ini telah terjadi mobilitas penuntut
ilmu dari daerah – daerah yang jauh dari
Madinah, sebagai pusat agama Islam.
Pada masa khalifah Umar bin
Khattab, mata pelajaran yang diajarkan adalah membaca dan menulis Al- Qur’an dan menghafalnya serta
belajar pokok –pokok agama Islam. Pendidikan
pada masa ini lebih maju dibandingkan sebelumnya. Pada masa ini tuntutan untuk
belajar bahasa Arab, juga sudah mulai tampak, orang yang baru masuk Islam dari
daerah yang ditaklukkan harus belajar bahasa Arab, jika ingin belajar dan
memahami pengetahuan Islam. Oleh karena itu, pada masa ini sudah ada pengajaran
bahasa Arab.
Pada masa ini, pelaksanaan
pendidikan lebih maju karena selama pemerintahan Umar Negara berada dalam
keadaan stabil dan aman, hal ini disebabkan telah ditetapkannya masjid sebagai
pusat pendidikan , juga telah terbentuknya pusat-pusat pendidikan Islam
diberbagai kota dengan materi yang dikembangkan, baik dari segi ilmu bahasa,
menulis, dan pokok –pokok ilmu lainnya.
Pendidikannya dikelola
dibawah pengaturan gubruryang berkuasa saat itu, serta diirigi kemajuan di
berbagai bidang, seperti jawatan pos, kepolisian, baitulmal, dan lain sebainya.
Sedangkan sumber gaji para pendidik pada waktu itu diambilkan dari daerah yang
ditaklukkan dan dari baitulmall.
3. Pola Pendifikan Islam Pada Masa
Khalifah Usman bin Affan (23-35H:644–656M )
Usman bin Affan adalah
termasuk saudagar besar dan kaya juga sangat pemurah menafkahkan hartanya untuk
kepentingan ummat Islam. Usman diangkat menjadi khalifah hasil dari pemilihan
panitia enam ( Usman, Ali bin Abi Thalib, Thalhah,Zubair bin Awwam, Saad bin
Abi Waqash, dan Abdurrahman bin Auf.) yang ditunjukoleh khalifah Umar bin
Khattab menjelang beliau akan meninggal.
Pada masa khalifah Usman bin
Affan, pelaksanaan pendidikan tidak jauh berbeda dengan masa sebelumnya. Pendidikan
dimasa ini hanya melanjutkan apa yang telah ada, namun hanya sedikit terjadi
perubahan yang mewarnai pendidikan Islam. Para sahabat yang berpengaruh dan
dekat dengan Rosulullah yang tidak diperbolehkan meninggalkan Madinah dimasa
khalifah Umar, diberikan kelonggaran untuk keluar dan menetap di daerah – daerah yang mereka sukai.
Kebijakan ini sangat besar pengaruhnya bagi pelaksanaan pendidikan di daerah – daerah.
Proses pelaksanaan pola
pendidikan pada masa Usman ini lebih ringan dan lebih mudah dijangkau oleh
seluruh peserta didik yang ingin menuntut dan belajar Islam. Dari segi pusat
pendidikan juga lebih banyak, sebab pada masa ini para bisa memilih tempat yang
mereka inginkan untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat.
Khalifah Usman sudah merasa
cukuip dengan pendidikan yang sudah berjalan, namun begitu ada usaha yang
cemerlang yang telah terjadi dimasa ini yang berpengaruh luar biasa bagi
pendidikan Islam yaitu untuk mengumpulkan tulisan ayat- ayat Al-Qur’an. Penyalinan ini terjadi
karena perselisihan dalam bacaan Al-Qur’an. Berdasarkan hal ini,
khalifah Usman memerintahkan kepada tim untuk penyalinan tersebut, adapun
timnya adalah: Zaid bin Tsabit,Abdullah bin Zubair, Zaid binAsh, dan
Abdurrahman bin Harist.
Apabila terjadi pertikaian
bacaan, maka harus diambil pedoman kepada dialek suku Quraisy, sebab al- Qur’an sebab Al- Qur’an ini diturunkan menurut
dialek mereka sesuai dengan lisan Quraisy. Sementara Zaid bin Tsabit bukan
orang Quraisy sedangkan ketiga tim lainnya adalah orang Quraisy.
Pada masa Khalifah Usman bin
Affan, tugas mendidik dan mengajar umat diserahkan pada ummat itu sendiri,
artinya pemerintah tidak mengangkat guru- guru. Jadi para pendidik tersebut
dalammelaksanakan tugasnya hanya mengharapkan keridhaan Allah semata.Adapun objek
pendidikan pada masa itu terdiri dari:
·
Orang dewasa dan atau orang tua yang baru masuk
Islam
·
Anak – anak, baik orang tuanya
telah lama memeluk Islam ataupun yang baru memeluk Islam
·
Orang dewasa dan atau orang tua
yang telah lama memeluk Islam
·
Orang yang mengkhususkan dirinya menuntut ilmu
agama secara luas dan mendalam
Dari ke empat golongan terdidik tersebut,
pelaksanaan pendidikan dan pengajaran tidak mungkin dilakukan dengan cara
menyamaratakan tetapi harus diadakan pengklasifikasian yang rapid an sistematis,
disesuaikan dengan kemampuan dan kesanggupan dari peserta didiknya. Adapun
metode yang digunakan adalah:
Golongan pertama menggunakan metode ceramah,
hafalan, dan latihan dengan mengemukakan contoh – contoh dan peragaan.
Golongan kedua menggunakan metode hafalan dan
latihan
Golongan ketiga menggunakan metode diskusi,
ceramah, hafalan, tanya jawab
Golongan keempat menggunakan metode ceramah,
hafalan Tanya jawab, dan diskusi serta sedikit hafalan. Pendidikan dan
pengajaran pada golongan ini lebih bersifat pematangan (dan pendalaman)
Mata pelajaran yang di berikan disesuaikan
dengan kebutuhan terdidik dengan urutan mendahulukan pengetahuan yang
sangatmendesak / penting untuk dijadikan pedoman dan pegangan hidup beragama.
Ada 3 fase dalam pendidikan dan pengajarannya:
o Fase pembinaan ; dimaksudkan
untuk memberikan kesempatan agar terdidik memperoleh kemantapan iman
o Fase pendidikan : ditekankan
pada ilmu- ilmu praktis dengan maksud agar mereka dapat segera mengamalkan
ajaran dan tuntunan agama dengan sebaik- baiknya dalam kehidupan sehari- hari
o Fase pelajaran : ada
pelajaran –pelajaran lain yang diberikan
untuk penunjang pemahaman terhadap Al-Quran dan Hadits, seperti bahasa Arab
dengan tata bahasanya, menulis, membaca,syair dan peribahasa.4
Pendidikan pada masa khalifah Usman ini tidak
banyak terjadi perkembangan, jika dibandingkan pada masa Khalifah Umar bin
Khattab. Hal ini disebabkan pada masa khalifah Usman urusan pendidikan
diserahkan begitu saja pada rakyat. Dari segi pemerintahan khalifah Usman
banyak timbul pergolakan dalam masyarakat sebagai akibat ketidaksenangan mereka
terhadap kebijakan khalifah Usman yang mengangkat kerabatnya dalam jabatan
pemerintahan
4. Pola Pendidikan Pada Masa
Khalifah Ali bin Abi Thalib. ( 35-40 H : 656-661 M )
Ali adalah khalifah yang
keempat setelah Usman bin Affan. Pada masa pemerintahannya sudah diguncang
peperangan dengan Aisyah ( istri Nabi) beserta Talhah dan Abdullah bin Zubair
karena kesalahfahaman dalam menyikapi pembunuhan terhadap Usman,peperangan diantara
mereka di sebut perang Jamal ( unta ) karena Aisyah menggunakan kendaraan unta.
Setelah berhasil mengatasi pemberontakan Aisyah, muncul pemberontakan lain,
sehingga masa kekuasaan khalifah Ali tidak pernah mendapatkan ketenangan dan
kedamaian.5
Muawiyah sebagai gubernur di
Damaskus memberontak untuk menggulingkan kekuasaannya. Peperangan ini disebut
perang Shiffin, karena terjadi di Shiffin. Ketika tentara Muawiyah terdesak
oleh pasukan Ali, maka Muawiyah segera mengambil siasat untuk menyatakan tahkim
( penyelesaian secara adil dan damai ). Semula Ali menolak, tetapi karena
desakan dari beberapa tentaranya akhirnya Ali menerimanya, namun tahkim malah
menimbulkan kekacauan, sebab Muawiyah curang, dengan tahkim tersebut, Muawiyah
berhasil mengalahkan Ali dan mendirikan pemerintahan tandingan di Damaskus.
Sementara itu, sebagian tentara yang menentang keputusan Alidengan cara tahkim
, meninggalkan Ali dan membuat kelompok tersendiri yaitu khawarij.
ada masa khalifah Ali ini
terjadi kekacauan dan pemberontakan, sehingga pemerintahannya tidak stabil.
Dengan kericuhan politik pada masa ini, kegiatan pendidikan Islam mendapat
hambatan dan gangguan. Pada saat itu khalifah Ali bin Abi Thalib tidak lagi
memikirkan masaalah pendidikan karena seluruh perhatiannya ditumpahkan pada
pada masalah keamanan dan kedamaian bagi masyarakat Islam. Dengan demikian
masalah pola pendidikan pada masa Khulafaur Rasyidin tidak jauh berbeda dengan
masa Nabi yang menekan pada pengajaran baca tulis dan ajaran –ajaran Islam yang bersumber
pada Al- Qur’an dan Hadits Nabi.
B. Pusat – Pusat Pendidikan Pada Masa
Khulafaur Rasyidin
Pusat-pusat pendidikan pada
masa Khulafaur rasyidin antara lain:
1.
Mekkah. Gurupertama di Mekkah adalah Muaz bin
Jabbal yang mengajarkan Al-Qur’an dan Fikih
2.
Madinah. Sahabat yang terkenal antara lain Abu
Bakar, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, dan sahabat- sahabat lainnya.
3.
Basrah. Sahabat yang termasyhurantara lain Abu
Musa Al Asy’ari, seorang ahli fikih dan
Al-Qur’an
4.
Kuffah. Sahabat- sahabat yang termasyhur disini
adalah Ali bin Abi Thalib, dan Abdullah bin Mas’ud yang mengajarkan Al-Qur’an ia adalah ahli tafsir,
hadits, dan fikih.
5.
Damsyik (Syam) sahabat yang mengajarkan ilmu
disana adalah Mu’az bin Jaba( di Palestina),
Ubaidillah (di Hims), dan Abu Darda’( di Damsyik)
6.
Mesir. Sahabat yang mula-mula mendirikan
madrasah dan menjadi guru di Mesir adalah Abdullah bin Amru bin Ash, ia adalah
seorang ahli hadits.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pola
pendidikan Islam pada masa Khalifah Abu Bakar sama dengan pola yang diterapkan
pada masa Rosulullah baik dari segi materi ( keimanan, akhlak, dan kesehatan )
maupun dari segi lembaganya ( kuttab )
Pada
masa khalifah Umar bin Khattab pendidikan Islam sudah lebih meningkatdiman
apada masa ini khalifah Umar sudah mengangkat guru-guru dan digaji untuk
mengajar ke daerah-daerah yang baru ditaklukkan.
Pola
pendidikan Islam pada masa khalifah Usman bin Affan diserahkan sepenuhnya pada
rakyat dan sahabat tidak hanya terfokus di Madinah saja, tetapi sudah boleh
mengajar ke daerah- daerah lain.
Pola
pendidikan Islam pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib kurang diperhatikan, hal
ini dikarenakan pemerintahan Ali yang selalu dilanda konflik yang berujung pada
kekacauan.
B.
Saran
Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan.
Kami tetap berharap makalah ini tetap memeberikan manfaat bagi pembaca. Namun,
saran dan kritik yang sifatnya membangun dengan tangan terbuka kami terima demi
kesempurnaan di masa akan
datang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar